Rabu, 25 Agustus 2010

Sekolah Panjat Tebing Skygers Angkatan XXIV 2010


Sekolah Panjat Tebing Skygers Angkatan XXIV 2010

28 Juli - 4 Agustus 2010 Tebing Songan - Kintamani Bali Colection - Nusa Dua Bali




Terbagi dalam beberapa klas pengajaran :

  • Regular Adventure Rock Climbing Tingkat Dasar
Sekolah panjat tebing tingkat dasar ini memiliki tujuan agar peserta dapat mengetahui tata cara memasang pengaman dan cara menambat serta penambatan dengan benar dan aman. Sekolah ini dilakukan di tebing dengan lama pelatihan 4 hari 5 malam. Sekolah ini dibuat untuk para pemula yang ingin mengetahui teknik-teknik dalam memanjat tebing. Para peserta akan mendapatkan materi, diantaranya: prosedur keselamatan, prosedur pemanjatan, pengenalan peralatan serta pemasangan dan penggunaannya, pengenalan system pemanjatan (free climbing, artificial climbing), pemasangan pengaman yang benar,simpul dan jerat, naik dan turun melalui tali(ascending,descending), mengangkat dan menurunkan beban dan climbing calls.

Sertifikasi
Tingkat Dasar Sekolah Panjat Tebing Skygers Indonesia
  • Regular Adventure Rock Climbing Tingkat Lanjutan

Sekolah panjat tebing tingkat lanjutan memiliki tujuan agar peserta dapat memahami cara memasang pengaman dengan benar dan cara penambatan. Sekolah ini dilakukan di tebing dengan lama pelatihan 3hari 4 malam. Sekolah ini dibuat untuk para pemanjat yang ingin memperdalam teknik-teknik dalam memanjat tebing. Para peserta akan mendapatkan materi, diantaranya: prosedur keselamatan,prosedur pemanjatan pengenalan peralatan panjat tebing, aplikasi system pemanjatan (free climbing, artificial climbing), pengenalan peralatan dan pengaman serta pemasangan dan penggunaannya, simpul dan jerat, sistem penambatan, naik dan turun melalui tali (ascending,descending), mengangkat,menurunkan dan memindahkan
beban, rope technique dan climbing calls.

Sertifikasi
Tingkat Lanjutan Sekolah Panjat Tebing Skygers Indonesia

  • Sport Rock Climbing Course Tingkat Dasar

Kursus ini merupakan pelatihan yang mengajarkan peserta tentang teori bentuk dan irama gerak dalam memanjat serta sistem yang terjadi dalam gerak tersebut. Selain itu peserta akan mendapatkan materi tingkat I dan II dengan standar South East Asia Climbing Federation yang diantaranya mengajarkan tentang kemampuan dasar memanjat tebing dengan menggunakan single rope yang mencakup pembahasan : placing of rock protection, top-roping, leading, abseiling dan rescue techniques.

Sertifikasi
Tingkat Dasar Rock Sport Climbing Sekolah Panjat Tebing Skygers Indonesia
Tingkat I dan II South East Asia Climbing Federation









Sekolah Panjat Tebing Skygers Angkatan XXIII 2009

Sekolah Panjat Tebing Skygers Angkatan XXIII 2009

28 Oktober - 4 November 2009 Citatah 125 - Padalarang - Kab. Bandung, Jawa Barat






Jumat, 20 Agustus 2010

Kelud Climbing Expedition




Gunung Kelud (sering disalahtuliskan menjadi Kelut yang berarti "sapu" dalam bahasa Jawa; dalam bahasa Belanda disebut Klut, Cloot, Kloet, atau Kloete) adalah sebuah gunung berapi di Provinsi Jawa Timur, Indonesia, yang masih aktif. Gunung ini berada di perbatasan antara Kabupaten Kediri dan Kabupaten Blitar, kira-kira 27 km sebelah timur pusat Kota Kediri.

Sejak abad ke-15, Gunung Kelut telah memakan korban lebih dari 15.000 jiwa. Letusan gunung ini pada tahun 1586 merenggut korban lebih dari 10.000 jiwa.[1] Sebuah sistem untuk mengalihkan aliran lahar telah dibuat secara ekstensif pada tahun 1926 dan masih berfungsi hingga kini setelah letusan pada tahun 1919 memakan korban hingga ribuan jiwa akibat banjir lahar dingin menyapu pemukiman penduduk.

Pada abad ke-20, Gunung Kelut tercatat meletus pada tahun 1901, 1919 (1 Mei[2]), 1951, 1966, dan 1990. Tahun 2007 gunung ini kembali meningkat aktivitasnya. Pola ini membawa para ahli gunung api pada siklus 15 tahunan bagi letusan gunung ini.

Aktivitas gunung ini meningkat pada akhir September 2007 dan masih terus berlanjut hingga November tahun yang sama, ditandai dengan meningkatnya suhu air danau kawah, peningkatan kegempaan tremor, serta perubahan warna danau kawah dari kehijauan menjadi putih keruh. Status "awas" (tertinggi) dikeluarkan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi sejak 16 Oktober 2007 yang berimplikasi penduduk dalam radius 10 km dari gunung (lebih kurang 135.000 jiwa) yang tinggal di lereng gunung tersebut harus mengungsi. Namun letusan tidak terjadi.

Setelah sempat agak mereda, aktivitas Gunung Kelut kembali meningkat sejak 30 Oktober 2007 dengan peningkatan pesat suhu air danau kawah dan kegempaan vulkanik dangkal. Pada tanggal 3 November 2007 sekitar pukul 16.00 suhu air danau melebihi 74 derajat Celsius, jauh di atas normal gejala letusan sebesar 40 derajat Celsius, sehingga menyebabkan alat pengukur suhu rusak. Getaran gempa tremor dengan amplitudo besar (lebih dari 35mm) menyebabkan petugas pengawas harus mengungsi, namun kembali tidak terjadi letusan.

Akibat aktivitas tinggi tersebut terjdi gejala unik yang baru terjadi dalam sejarah Kelut dengan munculnya asap putih dari tengah danau diikuti dengan kubah lava dari tengah-tengah danau kawah sejak tanggal 5 November 2007 dan terus "tumbuh" hingga berukuran selebar 100m. Para ahli menganggap kubah lava inilah yang menyumbat saluran magma sehingga letusan tidak segera terjadi. Energi untuk letusan dipakai untuk mendorong kubah lava sisa letusan tahun 1990.

Sejak peristiwa tersebut aktivitas pelepasan energi semakin berkurang dan pada tanggal 8 November 2007 status Gunung Kelud diturunkan menjadi "siaga" (tingkat 3).


Perintisan jalur panjat tebing alam ke 745, menuju 1000 Jalur Untuk Indonesia.....!!!




Base camp monitor.. , kirim T2 kode D 8buah, air 12 liter dan batere cadangan segera ke pitch2!! Tim pertama Siap Melanjutkan ke tahap berikutnya !!!


........bergerak !!!


.....memanjat


Dan Tim : Base Camp monitor...
Base Camp : Base Camp masuk..
Dan Tim : Merah putih telah ber...kibar apa bisa terlihat jelas? gantiii...
Base Camp : Siap, Sudah terlihat dengan jelas! ganti..
Dan Tim : Terimakasih, saat ini 2 personil Yoni Orlando dan Puja Setiawan bersiap melakukan
penyapuan jalur, 5 personil tediri dari Medina Kamil, Ranti Nuraeni, Indra
Setiawan, Helmy Rahmat, Iman Bajra bersama saya bergeser ke pitch2. ganti..
Base Camp : Siap, diterima.. kabar lain, bongkar! ganti..
Dan Tim : Kirim 1 personil untuk drop T2 dan kamera ke pitch2 ganti..
Base Camp : Siap, segera dikirim... petunjuk lain... ganti
Dan Tim : Sementara cukup,Durian jangan dihabiskan, Terimakasih, standby!
Base Camp :Siappppp!!! Standby..


........untuk indonesia tercinta, kulakukan yang terbaik !!!


.......untuk indonesia !!!


.......untuk merah putih !!!


......sekaligus penghormatan terakhir untuk anggota tim yang telah mendahului kita semua untuk selamanya, komandooooo !!!!


12....40.wib.akhirnya[Tedi Ixdiana,Yoni Orlando, Medina Kamil & Indra Setiawan W.] tiba di puncak dengan lintasan jalur baru dengan selamat !!!





.......dalam foto: Tedi Purhadianto, Ilham PB, Medina Kamil, Tedi Ixdiana & Cak Soe.

Rabu, 11 Agustus 2010

Tebing Baru Situ Lembang

Nama Situ Lembang mungkin sudah sangat familiar bagi sebagian besar pendaki Indonesia, khususnya Jawa Barat. Letaknya berada di kawasan Bandung Utara, pada koordinat 6o 44’35.53” S 170o 34’31.75 E. Situ Lembang berada diantara Gunung Burangrang danTangkuban Perahu. Rangkaian gunung yang nelingkari Situ Lembang konon merupakan bagian dari kaldera Gunung Sunda purba setinggi 3.000-4.000 mdpl.

Selain sebagai tempat wisata, kawasan Situ Lembang sejak dahulu sudah dijadikan sebagai arena berlatih bagi pasukan elite TNI AD, Komando Pasukan Khusus (KOPASSUS). Tetapi untuk latihan tebing terjal, pasukan ini masih menggunakan tebing Citatah di Padalarang, Jawa Barat. Padahal, menurut data, Situ Lembang dikelilingi oleh rangkayan pegunungan yang merupakan dinding-dinding terjal, diperkirakan terbentuk akibat letusan dahsyat yang terjadi sekitar 105.000 tahun yang lalu.

Kol. Inf. Ricky Samuel, selaku komandan pusdikpassus Kopassus Batujajar, pernah menberikan instruksi langsung kepada Opslat, Mayor Inf. Yuri Elias, untuk mencari tebing dikawasan Situ Lembang. Perintah tersebut segera di teruskan kepada Lettu Encun dari Pendaki Serbu, yang kemudian segera merintahkan Lett Yos Jolong dan Serda Cucu Suryawan di bantu Tedi Ixdiana dan tim Skygers untuk mencari titik-titik tebing di kawasan Situ Lembang.

Tanggal 25 Septenber 2008, tim berhasil menemukan sebuah tebing di daerah Pasir Limus, kawasan Situ Lembang. Penemuan ini segera di laporkan kepada Komandan Pusdik Passus, setelah dicek kebenaranya, Kol. Inf.Ricky Samuel segera memberikan nama “Golden Wall” untuk tebing ini, karena menurut beliau, tebing ini aset berharga, layaknya sebongkah emas.

Menurut Tedi Ixdiana, tebing ini mempunyai ketinggian sekitar 50 m dan lebar 100 m.Grade atau tingkat kesulitan untuk jalur sport bervariasi antara 5.9 s/d 5.12, sedangkan untuk artificial antara A3 dan A4,dengan jenis batuan sadesit. Jalur pertama dibuat oleh Serda Cucu Suryaman. Selanjutnya, Tedi Ixdiana dibantu teman-temannya dari Skygers, secara berkala hingga sekarang, masih terus menbersihkan tebing yang masih tertutup oleh tumbuh-tumbuhan dan menbuat jalur-jalur baru,saat ini tercatat ada 6 jalur baru,yaitu Sideway, grade 5.10a / pembuat jalur: tedi & skygers; Crack, 5.10a / Serda Cucu & tedi; Pohon, 5.9 / Tedi,Dicky & Adi ; Adrenalin, 5.11a – A3 / Tedi & Bob ; Hanoman, 5.11a – A3 Dakibu Kopassus. ***




Kunjungan Komandan Jenderal KOPASSUS, Mayor Jenderal TNI Pramono Edhi Wibowo Ke Tebing GOLDEN WALL, Situlembang.



Simulasi Vertical Rescue, Tebing GOLDEN WALL, Situlembang.

1000 Jalur Panjat Tebing Untuk Indonesia

Percepatan perkembangan aktivitas panjat tebing tentunya tidak bisa lepas dari aktivitas pembuatan jalur panjat tebing itu sendiri. Pembukaan dan pembuatan jalur pada sebuah tebing baru pada dasarnya memang dilakukan untuk merintis lintasan pemanjatan dalam mencapai titik ketinggian tertentu. Namun kenyataannya, sang pemanjat bisa membuat jalur tersebut sebagai jalur temporer atau sebagai jalur permanen—dengan meninggalkan pengaman (hanger). Di satu sisi, sebuah jalur permanen bisa memiliki manfaat jangka panjang tersendiri.

Ketika seorang pemanjat membuka sebuah jalur baru dan kemudian membuat jalur permanen, maka lintasan yang pernah ia panjat tersebut bisa terus dimanfaatkan oleh pemanjat-pemanjat lain dalam melakukan pemanjatan-pemanjatan selanjutnya. Terlepas jalur tersebut kemudian digunakan untuk aktivitas petualangan dan ekspedisi, latihan, hobi, atau bahkan untuk aktivitas wisata—yang pasti, pembuatan suatu jalur permanen sangat potensial untuk mendukung pengembangan aktivitas panjat tebing secara umum.

Walau bisa sangat bermanfaat, pembuatan suatu jalur panjat tebing tentunya tidak juga bisa dilakukan secara ‘sembarangan’. Banyak faktor yang mesti dipertimbangkan dalam membuat suatu jalur permanen. Selain mesti didukung skill yang mumpuni dalam teknis peamanjatan (termasuk pertimbangan dalam menentukan titik pengaman dan arah pemanjatan), seorang pembuat jalur juga sepatutnya memiliki wawasan yang cukup mengenai etika panjat tebing.

Berbicara soal ‘1000 Jalur untuk Indonesia’, agenda ini tentunya bukan semata ajang dadakan. Perjalanan prosesnya telah saya mulai sejak jalur pertama saya yang dibuat pada 1989. Proses ini terus dijalani, dan hingga pertengahan 2010 ini jumlah jalur yang saya buat telah mencapai jumlah 700-an. Berawal untuk mendukung hobi dan kesenangan pada panjat tebing, aktivitas pembuatan jalur kemudian seolah melebur bersama rangkaian aktivitas pemanjatan yang saya lakukan. Setiap melakukan pemanjatan di suatu ‘tebing baru’, saya hampir selalu membuat jalur permanen—dengan harapan, bahwa jalur yang saya tinggalkan tersebut bisa dimanfaatkan oleh rekan-rekan pemanjat lain. Bagi saya, pembuatan jalur juga bisa menjadi triger yang mendukung perkembangan aktivitas panjat tebing di suatu tebing atau daerah tertentu. Di sisi lain, kampanye tentang tebing alam pun dilesapkan dalam kegiatan tersebut. Seiring waktu, runutan aktivitas pembuatan jalur tersebut tersebut kemudian terelaborasikan dalam sebuah agenda besar: ‘1000 Jalur untuk Indonesia’.

Nyatanya, 1000 bukanlah semata angka. Apa yang diusung dalam agenda besar ini adalah sebuah upaya untuk menggulirkan semangat aktivitas panjat tebing di Indonesia. Dalam konteks ini, proses pembuatan jalur-jalur panjat tebing dalam ajang ini samasekali bukan soal mengejar quota. Angka 1000 (yang memang nampak fantastis) hanyalah representasi atas jumlah banyak dari jalur-jalur panjat tebing yang pernah dibuat—sekaligus gambaran atas semangat yang diusung dalam proses merintisnya. Namun demikian, toh tak mungkin dimungkiri bahwa membuat jalur dalam jumlah yang banyak memang bukanlah perkara mudah. Proses ini membutuhkan ‘stamina semangat’ yang panjang. Semangat inilah yang ingin saya bagikan melalui dicetuskannya agenda ‘1000 Jalur untuk Indonesia’ ini.

Aktivitas pembuatan jalur dalam ajang ‘1000 Jalur untuk Indonesia’ ini tentunya juga bukan untuk dihentikan pada jalur ke-1000. Pencapaian angka 1000 kelak merupakan sebuah ‘gong’ untuk kelanjutan semangat yang selama ini telah dirintis. Memang ada banyak anggapan dan interpretasi yang mungkin muncul dalam menyikapi hal ini. Namun, apa yang ingin ditegaskan dalam agenda ‘1000 Jalur untuk Indonesia’ ini adalah misi untuk memelihara semangat di dunia panjat tebing di Indonesia. *tediixdiana